Friday, June 24, 2016

Bermuraqabah di bulan yang penuh hidayah untuk menjemput rahmat-Nya

,

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Berhubung nanti malam adalah malam 21 bulan ramadhan, artinya tinggal 10 hari lagi kita berpuasa. Dan yang lebih penting adalah di 10 hari terakhir terdapat malam turunnya lailatul qadar atau lebih dikenal malam seribu bulan, malam yang penuh rahmat dan nikamt dari Allah SWT. Untuk mendapatkan malam lailatul qadar pun tak seperti kita minta uang saku dari ibu ya. Untuk mendapatkannya kitapun harus berjuang. Bagaimana ?. Berjuang dalam hal ini artinya beribadah siang dan malam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (kan kalau udah dekat dengan Allah pasti dikasih dah tuh malam lailatul qadar ). Untuk itu kali ini saya akan membagikan sedikit ilmu tentang i'tikaf yang saya dapat dari situs hidayah com. yuk kita gulir kebawah

I’TIKAF adalah berdiam di masjid untuk beribadah bagi Muslim yang mumayiz (belum balig, tetapi sudah dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk). I’tikaf dilakukan sekurang-kurangnya sehari semalam atau lebih. Tidak ada ukuran untuk batas maksimalnya.

Dalil-dalil legalitasnya adalah Al-Qur’an, hadits, dan ijmak. Dalil dari Al-Qur’an adalah firman Allah Ta’ala,

“…Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri’tikaf dalam masjid.” (al-Baqarah: 187)

Juga firman-Nya,

Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang itikaf…” (al-Baqarah: 125)

Dalam ayat pertama, i’tikaf dikaitkan dengan masjid: tempat yang dikhususkan untuk ibadah, dan diharuskan menjauhi sanggama yang halal. Ini menunjukkan bahwa i’tikaf adalah ibadah.

Dalil dari hadits adalah riwayat Ibnu Umar, Anas, dan Aisyah:

“Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam dulu senantiasa beri’tikaf selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan sejak beliau tiba di Madinah sampai beliau wafat.” (Muttafaq ‘alahi).

Az-Zuhri berkata, “Sungguh mengherankan, mengapa orang-orang meninggalkan i’tikaf? RasulullahShalallaahu ‘Alahi Wasallam dulu kadang melakukan sesuatu dan kadang meninggalkannya, tetapi beliau tidak pernah meninggalkan i`tikaf sampai beliau meninggal!”

Tujuan i’tikaf untuk menjernihkan hati dengan cara bermuraqabah kepada Allah, memusatkan diri untuk beribadah dalam waktu-waktu luang, dengan berkonsentrasi kepada ibadah tersebut dan kepada Allah, melepaskan diri dari kesibukan-kesibukan duniawi, berserah diri kepada Tuhan dengan menyerahkan urusan jiwa ke tangan-Nya, bertumpu kepada karunia-Nya, berdiri di depan pintu-Nya, terus menerus beribadah kepada-Nya di rumah-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya agar lebih dekat ke rahmat-Nya, melindungi diri dengan benteng perlindungan-Nya sehingga tipu daya dan dominasi musuhnya tidak dapat menjangkaunya berkat kuatnya kekuasaan dan pertolongan Allah.

I`tikaf termasuk amal paling mulia dan paling dicintai oleh Allah jika dilakukan dengan ikhlas. Sebab, orang yang beri’tikaf senantiasa menunggu shalat, dan orang yang menunggu shalat sama dengan orang yang sedang menunaikan shalat; dan ini adalah kondisi yang paling dekat dengan Allah.

Jika i’tikaf diiringi dengan puasa –sebagaimana disyaratkan oleh sebagian ulama–, seorang mukmin akan semakin dekat kepada Allah berkat kesucian hati dan kejernihan jiwa yang dikaruniakan-Nya kepada orang-orang yang berpuasa.

Paling utama i’tikaf dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan agar bertepatan dengan Lailatul Qadar, satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan.*/Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, dari bukunya Fiqih Islam. 

Sumber : Hidayatullah.com

Cukup sekian, semoga bermanfaat😊

Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh,

0 comments to “Bermuraqabah di bulan yang penuh hidayah untuk menjemput rahmat-Nya”

Post a Comment